Opini Terbaru

[Calon Buku] Hukum Komunikatif by Anom Surya Putra

Gambar
 Hukum Komunikatif Karya: Anom Surya Putra ~ Naskah (calon) buku yang ditulis dalam keadaan "chaotic", non-sistematis, sedikit mengandung aforis atau metafor, tidak bermanfaat bagi praktisi hukum, dan mungkin berguna bagi pemula yang hendak membaca "hukum" dengan cara rebahan, atau bacaan ringan bagi individu yang mati-langkah dengan dunia hukum yang digeluti selama ini ~ I. Bangun dari Tidur Panjang Secangkir kopi dan teh berdampingan di meja kecil. Gemericik air dari pahatan pancuran air menemani cairan yang tersimpan di dalam cangkir kopi dan teh. Mata sembab setelah menatap ribuan kalimat di layar komputer. Jemari bergerak secara senyap, memindahkan visual pikiran dan audio batin ke dalam rangkaian gagasan. Awal. Baru memulai. Chaotic. Bangun dari tidur yang panjang. Terlalu banyak minum kopi dan teh sungguh memicu asam lambung. Cinta yang mendalam terhadap kopi dan teh terganggu dengan asam lambung yang bergerak maraton di dalam tubuh. Kurang bijak meminum kopi...

Cerita Bersambung Kerumunan adalah Neraka [5]

~ MAHAR ~


"Bu Lurah ingat tidak, waktu utusan istana syuting vlog di rumah saya? Bukankah ada adegan mereka menaksir pamor keris Desa yang saya rawat itu? Nah, setelah syuting vlog, utusan istana ingin memberi mahar untuk keris Pasopati. Tapi rupanya kesibukan utusan istana dan saya sama-sama lupa soal mahar ini."

Pamor keris Pasopati itu memang luar biasa. Pamor Adeg dengan ornamen bersulur-sulur tegas ke atas. Konon keris itu buatan Mpu Singkir. Energinya aktif untuk mengatasi bencana angin, bencana air, bencana api, pagebluk, tapi kurang dahsyat untuk menjaga stabilitas berebut pendapatan.

"Lho, kejadian itu sudah lama sekali, kan?"

"Benar, Bu Raisa. Seingat saya sekitar tiga tahun yang lalu. Tapi terus terang, utusan istana itu bilang, kalau saya membutuhkan sesuatu dan rela melepas keris itu, ia siap mengirim uang secepatnya. Gaji staf BUM Desa selama tiga bulan akan terpenuhi. Tidak perlu hutang. Toh, keris Pasopati ini kan aset Desa."

Bu Raisa dan Mudra tidak langsung menjawab. Dari wajah mereka terkesan seolah begitu banyak syarat untuk melangkah pada masa pagebluk. Mereka merasa hidup pada saat takut untuk hidup. 

Di sekeliling mereka hanya ada marabahaya. 

Kegilaan mereka berdua mengurusi pagebluk di Desa bagaikan hujan, tapi mereka sungguh lemah seperti dedaunan pohon gayam.

"Dan sebelum saya pingsan di petilasan hutan gayam, ada bisikan agar kita melepas keris Pasopati untuk kepentingan yang lebih agung. Jika istana menginginkan mawar, mereka tidak mungkin lari dari duri tajam. Sekarang kita menepi di rumah masing-masing dalam penderitaan, tapi itulah usaha terbesar kita. Ketika saya terbangun dari pingsan, Ratu Vanua dari alam lain menitip pesan melalui mimpi. Hutan gayam, mata air purba, dan gelandangan adalah sebuah harapan."

***

NEXT



Komentar

Artikel Terpopuler

21-Days of Abundance Meditation Challenge Deepak Chopra

[Calon Buku] Hukum Komunikatif by Anom Surya Putra

OPINI Filsafat Hukum: Bagian Ke-2 Menziarahi Ius, Lex dan Codex

Day 12 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 13 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 11 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Hukum dalam Teori Tindakan Komunikatif Habermas

Ensiklopedi Filsafat Jürgen Habermas

OPINI Filsafat Hukum: Bagian Ke-3 Filsafat Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum

OPINI Filsafat Hukum: Bagian Ke-1 Berawal dari Sophia, Cinta Mendalam Yang Bijaksana