Opini Terbaru

Between Facts and Norms, Pemikiran Hukum Jürgen Habermas (2): Pengantar dari Jürgen Habermas

Gambar
PENGANTAR Jürgen Habermas  | Penerjemah: Anom Surya Putra | Di Jerman, filsafat hukum telah lama tidak lagi menjadi materi pembahasan bagi para filsuf. Jika saya jarang menyebut nama Hegel dan lebih mengandalkan teori hukum Kantian, hal ini juga mengungkapkan keinginan saya untuk menghindari suatu model yang menetapkan standar yang tidak dapat dicapai bagi kita. Memang, bukan kebetulan bahwa filsafat hukum, dalam mencari kontak dengan realitas sosial, telah bermigrasi ke aliran-aliran (mazhab) hukum. [1] Namun, saya juga ingin menghindari ilmu hukum teknis yang terfokus pada fundasi-fundasi hukum pidana. [2] Apa yang dulunya dapat dianut secara koheren dalam konsep-konsep filsafat Hegelian saat ini menuntut pendekatan pluralistis yang menggabungkan perspektif teori moral, teori sosial, teori hukum, serta sosiologi dan sejarah hukum. Saya menyambut ini sebagai kesempatan untuk menampilkan pendekatan pluralistis yang sering tidak diakui/disadari teori tindakan komunikatif. Konsep-konse

Cerita Bersambung Kerumunan adalah Neraka [6]

~ PASOPATI ~


Maka pada hari yang telah dihitung dan direncanakan, tepat pada minggu (wuku) Sungsang, hari Kamis Wage, rombongan istana pun datang ke Balai Desa dan disambut meriah oleh anak-anak muda pemain Mobile Legend. Semua pihak merasa lega dan bergembira karena kemiskinan mereka akan teratasi.

Tiba saatnya malam serah terima keris Pasopati.

Menjelang dimulainya acara, Sari menebarkan pandangan matanya ke sekitar Balai Desa. 

Ia melihat para dedemit tetap bersalam-salaman tanpa antiseptik pembersih tangan. Mereka masih punya kesabaran dan harapan. Di sebelah para dedemit tampak Bu Raisa yang berwibawa dengan memakai baju adat. Didampingi oleh Mudra yang memakai jas rapi buatan BUM Desa.

"Saya harus membagi ketentraman hati dan ketenangan jiwa ini pada jiwa yang satu. Siapa? Warga Desaku!," tegas Bu Kepala Desa kepada hadirin. Ia menahan nafas, terdiam lima detik. Utusan istana saling berpandangan.

"Rakyat jelata terbiasa dekat dengan kelaparan dan kematian! Tapi kita harus Kill Streak, lawan pagebluk!"

Tepuk tangan dari warga Desa tim pemain Mobile Legend kian keras memenuhi ruangan. Situasi kerumunan menjadi savage. Antar tubuh berhimpitan dan menginjak kursi. 

Gelas plastik berisi kopi tumpah ruah di sembarang meja. Tikar terciprat cairan pekatnya kopi. 

Riuhnya kerumunan itu tak berlangsung lama. 

Sesi berjalan kaki tanpa bicara, saatnya dimulai. Ayunan kaki yang bergesekan dengan tanah di Desa menyatu dengan napas masing-masing tubuh yang berkerumun itu.

Dan seusai tradisi kirab dengan jalan kaki tanpa bicara, utusan istana menyerahkan satu tas berisi lima ratus juta kepada Sari, Bu Raisa Kepala Desa, dan Mudra. Bertubi-tubi Mudra menerima ucapan selamat dan swafoto dari delapan puluhan staf BUM Desa yang sudah terbiasa kelaparan.

Sari kembali termangu sambil berjalan pulang ke rumah. Sementara adegan perpisahan warga Desa dengan utusan istana masih terngiang-ngiang di pelupuk mata, langkah kakinya tertahan tiga langkah menjelang pintu masuk rumah.

"Ada apa, teh?", tanya Sari kepada perempuan muda berwajah Sunda tapi mirip artis drama korea Seo Ji-hye.

"Mendekatlah! Agar kita saling tahu dan tidak saling memandang. Namaku, Vanua."

Lalu perempuan itu menambahkan, "Lihat dua hari lagi, keris Pasopati itu akan ada di meja Presiden. Atas kuasanya, konsolidasi dedemit disatukan dengan teknologi meteorit untuk memindah pagebluk ke lorong waktu Abad XXX."


Sari menyahut, "Berarti, mulai saat ini Desa kami tidak perlu berpikir masa depan. Kami pikirkan hari ini apa yang bisa dilakukan, sampai tertidur. Aku pernah pingsan di hutan gayam. Itulah Lockdown. Permainan yang aku ikuti dengan iming-iming energi besar dari para dedemit. Nyata, kami mendapat hadiah uang ratusan juta dari utusan istana."

Sari merasa bersukacita betemu dengan sosok yang pernah menyapanya di petilasan. Kedua perempuan itu saling berangkulan dan moksa. Menyatunya mereka berdua ini sebagai tanda perjudian semesta telah dimulai. 

Istana dikelilingi oleh kematian yang mengintai. Rakyat jelita kembali berbelanja online dengan ceria. Rakyat jelata menempuh jalan sunyi ketiadaan. Moksa bukan berarti mati. Hanya pergi sesaat untuk kembali lagi. Menuntaskan misi jiwa yang belum selesai.

***

NEXT



Komentar

Artikel Terpopuler

21-Days of Abundance Meditation Challenge Deepak Chopra

Konstitusionalisme Deliberatif dan Judicial Review

Day 10 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 16 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 6 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 4 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 8 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 7 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Sosiologi Hukum Mathieu Deflem (2): Pengantar Buku Sosiologi Hukum

Day 17 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)