Opini Terbaru

[Calon Buku] Hukum Komunikatif by Anom Surya Putra

Gambar
 Hukum Komunikatif Karya: Anom Surya Putra ~ Naskah (calon) buku yang ditulis dalam keadaan "chaotic", non-sistematis, sedikit mengandung aforis atau metafor, tidak bermanfaat bagi praktisi hukum, dan mungkin berguna bagi pemula yang hendak membaca "hukum" dengan cara rebahan, atau bacaan ringan bagi individu yang mati-langkah dengan dunia hukum yang digeluti selama ini ~ I. Bangun dari Tidur Panjang Secangkir kopi dan teh berdampingan di meja kecil. Gemericik air dari pahatan pancuran air menemani cairan yang tersimpan di dalam cangkir kopi dan teh. Mata sembab setelah menatap ribuan kalimat di layar komputer. Jemari bergerak secara senyap, memindahkan visual pikiran dan audio batin ke dalam rangkaian gagasan. Awal. Baru memulai. Chaotic. Bangun dari tidur yang panjang. Terlalu banyak minum kopi dan teh sungguh memicu asam lambung. Cinta yang mendalam terhadap kopi dan teh terganggu dengan asam lambung yang bergerak maraton di dalam tubuh. Kurang bijak meminum kopi...

Cerita Bersambung Kerumunan adalah Neraka [7]

~ VANUA ~

"Ia menyamakanku dengan genangan air, eksistensi yang tumbuh halus"


Vanua sedang perjalanan pulang dari Kampung Tujuh. Dia berjalan kaki sejak matahari belum bangun dari tidurnya menuju kampung yang hanya dihuni tujuh kepala keluarga itu.

Ketika Vanua berumur dua puluh tahun, ia meninggalkan kampung kelahirannya di kota Jakarta. Belasan tahun tiada jemu ia menikmati tembok di depan rumah. Kampung sempit dengan jalanan yang hanya bisa dilewati dua orang bertubuh ceking.

Suatu hari, ia terbangun bersama matahari yang meninggi, ”Engkau tak bosan memanaskan tembok depan rumahku, memancarkan sinarmu tanpa peduli kegelapan kamar dan kesunyianku.”

Saat itu awal bulan April. Berangkatlah ia menuju desa pegunungan Kampung Tujuh Yogyakarta. ”Apakah matahari di kampung sempit masih bahagia, jika aku tidak menikmati sinarnya lagi?” Vanua meyakinkan dirinya sendiri.

Setiap pagi ia menatap matahari di pucuk gunung Kampung Tujuh. Jalan berbatu sudah menjadi sarapan paginya. 

Ia membangun rumah bambu, tepat tujuh meter di atas lahan kompleks makam desa. Dekat rerimbunan pohon akasia yang daunnya manis menarik lebah. 

Sepuluh langkah dari rumah bambu ia memeriksa kotak rumah lebah yang bertengger di pohon akasia. Keringat menetes di keningnya yang licin nan halus. ”Rumah lebahku sudah berlimpah madu, tak perlu kaki panjang dan tangan terulur untuk mengunduhnya”. 

”Mbak! Turun! Mau hujan!” teriak Ros, bu lurah Kampung Tujuh, sambil melambaikan tangan kepada Vanua dari bawah. Tak jauh dari kompleks makam Kampung Tujuh.

”Iya, bu...!” teriak Vanua sambil membereskan madu, bunga dan dupa. Ia terburu-buru mendekatkan korek api kepada dupa sepanjang satu meter. Asap tipis mengepul. Harum aroma cendana. Bunga mawar dan melati mengepung dupa yang tertancap tegak di atas tanah.

Vanua menuruni jalan berbatu. Ia harus bergegas turun, sembari melirik senja di balik rerimbunan akasia. Matanya jernih dan bibirnya tiada nampak kemurungan. Ia berjalan dengan mengarahkan telapak kakinya kedalam. Langkah penari yang terlatih. 

”Kamu mengerjakan apa di rumah bambu,” tanya bu Ros. 

Vanua menjawab: ”Saya mengambil madu, bu. Nanti saya akan campur dengan jeruk nipis. Buat menambah imun.” 

Ros mengangguk tegas. Ia sangat percaya tanah di Kampung Tujuh mampu menumbuhkan tanaman perawat tubuh. Jiwanya sudah pernah melihat dengan rasa sesal kepada tubuhnya sendiri. Ia menginginkan tubuh padat berisi seperti Vanua. Diet tapi gagal. 

Empat purnama berlalu, Ros berpikir hendak melarikan diri dari tubuhnya sendiri. Tetapi kegigihan Vanua memanen madu di rumah lebah telah membuatnya lupa akan hasrat diet. 

Ia mementingkan tatapan mata enam kepala keluarga di Kampung Tujuh. Tatapan mata mereka seperti neraka bagi Ros karena mereka menanam benih harapan tertinggi kepadanya. Agar panen madu bisa mengenyangkan jiwa dan tubuh semua penghuni kampung. 

***

NEXT



Komentar

Artikel Terpopuler

[Calon Buku] Hukum Komunikatif by Anom Surya Putra

21-Days of Abundance Meditation Challenge Deepak Chopra

OPINI Filsafat Hukum: Bagian Ke-2 Menziarahi Ius, Lex dan Codex

Day 12 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Hukum dalam Teori Tindakan Komunikatif Habermas

Day 13 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Lady Gaga: Catatan tentang Manajemen Identitas Publik

Day 11 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Ensiklopedi Filsafat Jürgen Habermas

OPINI Filsafat Hukum: Bagian Ke-3 Filsafat Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum