Postingan

Menampilkan postingan dengan label Budaya

Opini Terbaru

[NOVEL HUKUM] IUS COMMUNICATIVA Karya Anom Surya Putra

Gambar
 IUS COMMUNICATIVA Karya: Anom Surya Putra Bab 1: Kejahatan yang Bernama Diam Gemericik air pancuran kecil mengisi sunyi pagi, bercampur aroma kopi dan teh yang mengepul di meja kayu lapuk. Dua cangkir keramik retak berdampingan—saksi bisu malam panjang yang kuhabiskan menatap layar komputer. Ribuan kata menari-nari, mencoba menjelma gagasan, tapi yang tersisa hanyalah kelelahan yang menusuk pelipis. Jemariku mengetuk meja, mengikuti irama Echo Band di pergelangan tangan: gelang perak yang merekam setiap desah, setiap jeda. Di dunia ini, diam lebih dari tiga detik adalah pelanggaran. "Hukum pertama Ius Communicativa: Kebenaran lahir dari kata-kata yang tak terputus," begitu Magister Orin mengajariku dulu. Tapi pagi ini, asam lambungku memberontak, seolah memperingatkan: ada yang salah dengan hukum yang kupercaya. Di mall, keramaian menyergapku dengan hiruk-pikuk obrolan. Seorang wanita menjerit ke pasangannya di depan Echo Chamber: "Kau bohong! Aku bisa dengar jeda 0,5 d...

OPINI Budaya: Suro 2016, Sumo Wrejito/Sumo Wertijo (Taun “Cacing”, Curah Hujan Menurun)

Gambar
Merayakan tahun baru "jawa/nusantara" dalam diam lebih menyenangkan bagi saya pribadi, ketimbang sibuk main terompet di akhir tahun Masehi. Di tradisi "Mangkunegaran" lingkungan kraton akan mati lampu kurang lebih beberapa menit/jam untuk "menep", refleksi batin. Kini, pada tahun 2016 (Masehi), pola perhitungan kalender jawa/nusantara memasuki Tahun Baru "Suro" yang jatuh pada Senen Legi, 3 Oktober 2016 (pergantian hari di kalender Jawa, dimulai sekitar pukul 18:00 yakni tanggal 2 Oktober 2016 atau hari minggu malam). Simbolisasi atas Tahun Baru "Suro" di hari/pasaran Senen Legi adalah "Sumo Wrejito/Sumo Wertija" yang kurang lebih dimaknai sebagai "tahun cacing". Istilah "sumo" merupakan kata lain dari hari "Senen" yang konon siklus enerji makrokosmos "planet Bulan" dilangit terasa powerful, sedangkan istilah Wrejito/Wertija menunjukkan kesatuan karakter Tahun Suro yang jatuh di hari Sen...

Kujang, Dari Desa untuk Peradaban Dunia

Gambar
Kujang tak asing dikenal di kalangan muda dan sesepuh di Indonesia. Bentuk Kujang mirip "pulau Jawa bagian barat atau bagian ujung timur", bila dipegang dalam posisi horisontal. Basuki Teguh Yuwono, seorang peneliti, dosen ISI Surakarta, dan sekaligus "mpu" muda dari Karanganyar, Jawa Tengah, menerbitkan buku hasil penelitian tentang Kujang. Dalam keseharian, mas Basuki mengelola Padepokan dan Museum Keris "Brojobuwono", di Desa Wonosari, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah. Buku "Kujang, Jejak Pesona Budaya Sunda: Tinjauan Visual, Sejarah, Teknologi, Fungsi dan Perannya dalam Masyarakat", terbit tahun 2013. Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, memberikan kata pengantar yang apresiatif atas penelitian tentang Kujang ini ditengah perubahan sosial-global yang mengancam eksistensi situs budaya Indonesia. Karakteristik Kujang  Etimologi Kujang dicermati secara awal dalam buku ini. Kujang ditelusuri dari asal kata "kudi hyang", nama bi...

Meluruskan Kekuatan Mistis atau Angsar Pusaka

Gambar
Sekitar tahun 2015 saya mengalami diskusi menarik dengan Mpu Totok Brojodiningrat (Padepokan Keris Brojodiningrat, Surakarta, Jateng) dan Mpu Basuki Teguh Yuwana (Padepokan Keris Brojobuwono, Karanganyar, Jateng). Dimensi esoterik keris dan tombak seringkali terjumbuhkan dengan aspek klenik. Tulisan ini merupakan catatan penting yang saya ingat selama berdiskusi dengan beliau berdua. Dalam hal bahasan esoterik, saya bertanya-tanya, apakah hal itu menjangkau ruang makna tertentu bagi  dhapur, pamor, ricikan dan bahan-bahan yang ditempa menjadi suatu pusaka? Selama ini seringkali saya jumpai kesalahkaprahan pemahaman dari mayoritas orang yang bertanya kepada saya, "keris itu isinya apa?"atau "tombak itu isinya ikut saya lho, macan putih dan orang berjubah putih…" dan seterusnya. Dugaan saya adalah begitu banyak beredar keris-keris kecil dari bahan logam kuningan yang diperlakukan sebagai jimat dan lantas diangkat begitu saja dalam tayangan sinetron untuk menghadapi ji...

Revolusi Mental dan Keris Pusaka

Gambar
Pada tahun 2014 banyak sekali gagasan yang muncul di publik. Misalnya, Revolusi Mental. Inti gagasannya kurang lebih menawarkan suatu teknik psikologis untuk mengatasi hambatan ditingkat individu, masyarakat dan skala lebih luas yakni negara dan bangsa.  Sebagai kaum muda yang belajar tentang budaya keris, saya memahami isi gagasan Revolusi Mental itu dari aspek dhapur dan pamor keris. Di tingkat individu, penyakit sosial yang dikritisi oleh Revolusi Mental adalah malas, bebal, dan tidak berkarakter. Budaya keris di nusantara mempunyai kekayaan simbolik, misalnya tentang pamor Sulur Ringin dan teknik wosing wutah . Seorang empu yang membuat pusaka keris dengan teknik wosing wutah memberikan pelajaran bagi kaum muda agar ke-aku-an yang masih dimiliki itu dapat dilebur bersamaan dengan penempaan besi, baja dan bahan pamor (nikel atau meteor). Teknik wosing wutah bermakna bagi terbentuknya karakter baru yang pasrah terhadap kehendak Tuhan, giat bekerja, dan berpikir cerdas. Prosesi ...

Pagelaran Agung Kraton se-Dunia di Monas 2013

Gambar
“Padat.” Perjuangan tersendiri bagi pengunjung untuk mendapatkan ruang parkir ketika berlangsung Pagelaran Agung Kraton se-Dunia di Monas (5-8/12/13). Salah satu daya magnet bagi pengunjung adalah kereta kraton dan pusaka tosan aji. Kerumunan yang menyemut dan sliwar-sliwer sejak ruang parkir hingga berbagai lokasi tenda menandai perhelatan budaya.  Sejak ditayangkan baliho promosi acara di bilangan Mampang, Jakarta, maupun berita online di berbagai media, masyarakat tergoda untuk berfoto bersama dengan kereta kraton. Kereta kraton yang sebelumnya disakralkan oleh tembok kraton benar-benar menghibur mereka meski sebatas foto bersama tanpa kesempatan untuk menghela bersama kuda. Perasaan terhibur ini membawa beban patologis yang sangat berat dalam semesta kenusantaraan. Raja merupakan simbol kekuasaan di masa lalu yang adimanusia dan saat ini mereka menjalankan kehidupan demokratis secara temporer. Ketika penulis berada di tengah kerumunan kirab kereta kraton, seolah merasakan hawa...

OPINI Berita: Siklus 30 Tahunan NU

Gambar
Jakarta, NU Online - Dalam acara muktamar pemikiran di Situbondo, cendikiawan Muslim Nurcholis Madjid atau biasa dipanggil cak Nur mengatakan bahwa NU akan mengalami kemajuan 20 tahun lagi karena banyak dari generasi mudanya yang sudah memperoleh pendidikan tinggi. Pernyataan tersebut memperoleh banyak tanggapan dari kalangan NU, apakah memang benar apa yang diucapkan oleh Cak Nur tersebut, apakah memang NU saat ini masih terbelakang sehingga masih harus menunggu 20 tahun lagi untuk bisa sejajar dengan golongan lainnya. Aktivis muda NU Anom Surya Putra mengatakan bahwa pernyataan itu sebenarnya out of date . "Cak Nur sudah mengucapkan hal tersebut ketika saya masih kuliah pada tahun 1995-an, di ponpes Al Hikam Malang yang diasuh KH Hasyim Muzadi," ungkapnya. Bahkan beberapa orang sudah mendengarkan pernyataan yang sama 15 tahun yang lalu. Namun demikian ia menambahkan bahwa pernyataan tersebut juga patut menjadi pehatian karena selama ini NU selalu melihat dengan pola regresi...