Opini Terbaru

Between Facts and Norms, Pemikiran Hukum Jürgen Habermas (2): Pengantar dari Jürgen Habermas

Gambar
PENGANTAR Jürgen Habermas  | Penerjemah: Anom Surya Putra | Di Jerman, filsafat hukum telah lama tidak lagi menjadi materi pembahasan bagi para filsuf. Jika saya jarang menyebut nama Hegel dan lebih mengandalkan teori hukum Kantian, hal ini juga mengungkapkan keinginan saya untuk menghindari suatu model yang menetapkan standar yang tidak dapat dicapai bagi kita. Memang, bukan kebetulan bahwa filsafat hukum, dalam mencari kontak dengan realitas sosial, telah bermigrasi ke aliran-aliran (mazhab) hukum. [1] Namun, saya juga ingin menghindari ilmu hukum teknis yang terfokus pada fundasi-fundasi hukum pidana. [2] Apa yang dulunya dapat dianut secara koheren dalam konsep-konsep filsafat Hegelian saat ini menuntut pendekatan pluralistis yang menggabungkan perspektif teori moral, teori sosial, teori hukum, serta sosiologi dan sejarah hukum. Saya menyambut ini sebagai kesempatan untuk menampilkan pendekatan pluralistis yang sering tidak diakui/disadari teori tindakan komunikatif. Konsep-konse

OPINI Budaya: Suro 2016, Sumo Wrejito/Sumo Wertijo (Taun “Cacing”, Curah Hujan Menurun)

Merayakan tahun baru "jawa/nusantara" dalam diam lebih menyenangkan bagi saya pribadi, ketimbang sibuk main terompet di akhir tahun Masehi. Di tradisi "Mangkunegaran" lingkungan kraton akan mati lampu kurang lebih beberapa menit/jam untuk "menep", refleksi batin.

Kini, pada tahun 2016 (Masehi), pola perhitungan kalender jawa/nusantara memasuki Tahun Baru "Suro" yang jatuh pada Senen Legi, 3 Oktober 2016 (pergantian hari di kalender Jawa, dimulai sekitar pukul 18:00 yakni tanggal 2 Oktober 2016 atau hari minggu malam). Simbolisasi atas Tahun Baru "Suro" di hari/pasaran Senen Legi adalah "Sumo Wrejito/Sumo Wertija" yang kurang lebih dimaknai sebagai "tahun cacing".

Istilah "sumo" merupakan kata lain dari hari "Senen" yang konon siklus enerji makrokosmos "planet Bulan" dilangit terasa powerful, sedangkan istilah Wrejito/Wertija menunjukkan kesatuan karakter Tahun Suro yang jatuh di hari Senen: tahun Cacing yang ditandai dengan "Curah Hujan" yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Senen Legi kali ini bertepatan dengan Musim/Mangsa Kapat (Sitra), Mangsa Utama (Labuh – Semplah), 19 September – 13 Oktober, Simbol: Waspå kumembeng jroning kalbu (“Air mata menggenang dalam kalbu”). Ciri-ciri alam yakni mata air mulai menggenang atau mulai terisi. Kapuk randu mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bersarang dan bertelur. Saat tepat untuk panen palawija dan menggarap lahan untuk padi gaga.

Rotasi waktu untuk awal tahun Suro kali ini jatuh di Minggu/Wuku "Julung Pujud". Wuku Julung Pujud yang disimbolkan dengan "Bathara Guritna" menandai terbentuknya generasi baru yang hebat dan dihasilkan dari "Kawah Candradimuka" (secara simbolik merupakan inti dari lelehan pijarnya magma untuk membentuk sebuah generasi baru yang mumpuni).

Generasi yang disiapkan Bathara Guritna bernama "Sasikirana". Secara khusus, hari Senen Legi Wuku Julung Pujud ini baik sekali untuk membebaskan orang yang terbelenggu dengan persoalan hidup yang berat, merekrut tenaga kerja, dan pencarian jodoh. Akan tetapi disarankan untuk tidak punya hajat mantu/perkawinan.

Pembelajaran dari leluhur dalam matematika-metafisik "Tahun Baru Suro" (Sumo Wrejito/Wertija, Mangsa Kapat, Wuku Julung Pujud, Senen Legi) kali ini antara lain:

  1. antisipasi sistem ekologis yang akan mengalami penurunan curah hujan, sehingga seluruh kebijakan publik fokus pada potensi Sumber Daya Alam termasuk sumber mata air yang telah mulai tergenang dan melimpah di tahun sebelumnya;
  2. pola panen palawija dan "padi gaga" yang disesuaikan dengan kondisi Desa, Kawasan Perdesaan, maupun kawasan pertanian lainnya;
  3. pembentukan generasi baru "Sasikirana" baik sebagai pemimpin politik, pemimpin didunia bisnis, maupun gerakan sosial-kemasyarakatan mulai dari Desa sampai dengan kepemimpinan nasional;
  4. kecepatan dalam menangani masalah yang kompleks dan tidak ada keraguan dalam pengambilan keputusan, seperti disimbolkan dengan karakter "Legi" yang identik dengan "kecepatan angin";
  5. perubahan yang dimulai dari penjuru "Timur" seperti disimbolkan dari karakter "Legi" yang berkedudukan di Timur.

Syahdan, bagi saya pribadi yang terlahir di bulan Suro dan kini memasuki periode "Windu Adi" (siklus delapan tahunan tahap kedua), tahun baru Suro Wrejito kali ini adalah saat yang tepat untuk memaksimalkan seluruh karunia dari Gusti ingkang murbening jagad sejak 3 (tiga) tahun terakhir.*

Penulis: Anom Surya Putra (hasil diskusi dengan Mpu Totok)


Komentar

Artikel Terpopuler

21-Days of Abundance Meditation Challenge Deepak Chopra

Konstitusionalisme Deliberatif dan Judicial Review

Day 10 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 16 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 6 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 4 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 8 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 7 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Sosiologi Hukum Mathieu Deflem (2): Pengantar Buku Sosiologi Hukum

Day 17 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)