Opini Terbaru

[Calon Buku] Hukum Komunikatif by Anom Surya Putra

Gambar
 Hukum Komunikatif Karya: Anom Surya Putra ~ Naskah (calon) buku yang ditulis dalam keadaan "chaotic", non-sistematis, sedikit mengandung aforis atau metafor, tidak bermanfaat bagi praktisi hukum, dan mungkin berguna bagi pemula yang hendak membaca "hukum" dengan cara rebahan, atau bacaan ringan bagi individu yang mati-langkah dengan dunia hukum yang digeluti selama ini ~ I. Bangun dari Tidur Panjang Secangkir kopi dan teh berdampingan di meja kecil. Gemericik air dari pahatan pancuran air menemani cairan yang tersimpan di dalam cangkir kopi dan teh. Mata sembab setelah menatap ribuan kalimat di layar komputer. Jemari bergerak secara senyap, memindahkan visual pikiran dan audio batin ke dalam rangkaian gagasan. Awal. Baru memulai. Chaotic. Bangun dari tidur yang panjang. Terlalu banyak minum kopi dan teh sungguh memicu asam lambung. Cinta yang mendalam terhadap kopi dan teh terganggu dengan asam lambung yang bergerak maraton di dalam tubuh. Kurang bijak meminum kopi...

OPINI Budaya: Suro 2016, Sumo Wrejito/Sumo Wertijo (Taun “Cacing”, Curah Hujan Menurun)

Merayakan tahun baru "jawa/nusantara" dalam diam lebih menyenangkan bagi saya pribadi, ketimbang sibuk main terompet di akhir tahun Masehi. Di tradisi "Mangkunegaran" lingkungan kraton akan mati lampu kurang lebih beberapa menit/jam untuk "menep", refleksi batin.

Kini, pada tahun 2016 (Masehi), pola perhitungan kalender jawa/nusantara memasuki Tahun Baru "Suro" yang jatuh pada Senen Legi, 3 Oktober 2016 (pergantian hari di kalender Jawa, dimulai sekitar pukul 18:00 yakni tanggal 2 Oktober 2016 atau hari minggu malam). Simbolisasi atas Tahun Baru "Suro" di hari/pasaran Senen Legi adalah "Sumo Wrejito/Sumo Wertija" yang kurang lebih dimaknai sebagai "tahun cacing".

Istilah "sumo" merupakan kata lain dari hari "Senen" yang konon siklus enerji makrokosmos "planet Bulan" dilangit terasa powerful, sedangkan istilah Wrejito/Wertija menunjukkan kesatuan karakter Tahun Suro yang jatuh di hari Senen: tahun Cacing yang ditandai dengan "Curah Hujan" yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Senen Legi kali ini bertepatan dengan Musim/Mangsa Kapat (Sitra), Mangsa Utama (Labuh – Semplah), 19 September – 13 Oktober, Simbol: Waspå kumembeng jroning kalbu (“Air mata menggenang dalam kalbu”). Ciri-ciri alam yakni mata air mulai menggenang atau mulai terisi. Kapuk randu mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bersarang dan bertelur. Saat tepat untuk panen palawija dan menggarap lahan untuk padi gaga.

Rotasi waktu untuk awal tahun Suro kali ini jatuh di Minggu/Wuku "Julung Pujud". Wuku Julung Pujud yang disimbolkan dengan "Bathara Guritna" menandai terbentuknya generasi baru yang hebat dan dihasilkan dari "Kawah Candradimuka" (secara simbolik merupakan inti dari lelehan pijarnya magma untuk membentuk sebuah generasi baru yang mumpuni).

Generasi yang disiapkan Bathara Guritna bernama "Sasikirana". Secara khusus, hari Senen Legi Wuku Julung Pujud ini baik sekali untuk membebaskan orang yang terbelenggu dengan persoalan hidup yang berat, merekrut tenaga kerja, dan pencarian jodoh. Akan tetapi disarankan untuk tidak punya hajat mantu/perkawinan.

Pembelajaran dari leluhur dalam matematika-metafisik "Tahun Baru Suro" (Sumo Wrejito/Wertija, Mangsa Kapat, Wuku Julung Pujud, Senen Legi) kali ini antara lain:

  1. antisipasi sistem ekologis yang akan mengalami penurunan curah hujan, sehingga seluruh kebijakan publik fokus pada potensi Sumber Daya Alam termasuk sumber mata air yang telah mulai tergenang dan melimpah di tahun sebelumnya;
  2. pola panen palawija dan "padi gaga" yang disesuaikan dengan kondisi Desa, Kawasan Perdesaan, maupun kawasan pertanian lainnya;
  3. pembentukan generasi baru "Sasikirana" baik sebagai pemimpin politik, pemimpin didunia bisnis, maupun gerakan sosial-kemasyarakatan mulai dari Desa sampai dengan kepemimpinan nasional;
  4. kecepatan dalam menangani masalah yang kompleks dan tidak ada keraguan dalam pengambilan keputusan, seperti disimbolkan dengan karakter "Legi" yang identik dengan "kecepatan angin";
  5. perubahan yang dimulai dari penjuru "Timur" seperti disimbolkan dari karakter "Legi" yang berkedudukan di Timur.

Syahdan, bagi saya pribadi yang terlahir di bulan Suro dan kini memasuki periode "Windu Adi" (siklus delapan tahunan tahap kedua), tahun baru Suro Wrejito kali ini adalah saat yang tepat untuk memaksimalkan seluruh karunia dari Gusti ingkang murbening jagad sejak 3 (tiga) tahun terakhir.*

Penulis: Anom Surya Putra (hasil diskusi dengan Mpu Totok)


Komentar

Artikel Terpopuler

21-Days of Abundance Meditation Challenge Deepak Chopra

[Calon Buku] Hukum Komunikatif by Anom Surya Putra

OPINI Filsafat Hukum: Bagian Ke-2 Menziarahi Ius, Lex dan Codex

Day 12 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 13 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 11 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Hukum dalam Teori Tindakan Komunikatif Habermas

Ensiklopedi Filsafat Jürgen Habermas

OPINI Filsafat Hukum: Bagian Ke-3 Filsafat Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum

OPINI Filsafat Hukum: Bagian Ke-1 Berawal dari Sophia, Cinta Mendalam Yang Bijaksana