Opini Terbaru

Between Facts and Norms, Pemikiran Hukum Jürgen Habermas (2): Pengantar dari Jürgen Habermas

Gambar
PENGANTAR Jürgen Habermas  | Penerjemah: Anom Surya Putra | Di Jerman, filsafat hukum telah lama tidak lagi menjadi materi pembahasan bagi para filsuf. Jika saya jarang menyebut nama Hegel dan lebih mengandalkan teori hukum Kantian, hal ini juga mengungkapkan keinginan saya untuk menghindari suatu model yang menetapkan standar yang tidak dapat dicapai bagi kita. Memang, bukan kebetulan bahwa filsafat hukum, dalam mencari kontak dengan realitas sosial, telah bermigrasi ke aliran-aliran (mazhab) hukum. [1] Namun, saya juga ingin menghindari ilmu hukum teknis yang terfokus pada fundasi-fundasi hukum pidana. [2] Apa yang dulunya dapat dianut secara koheren dalam konsep-konsep filsafat Hegelian saat ini menuntut pendekatan pluralistis yang menggabungkan perspektif teori moral, teori sosial, teori hukum, serta sosiologi dan sejarah hukum. Saya menyambut ini sebagai kesempatan untuk menampilkan pendekatan pluralistis yang sering tidak diakui/disadari teori tindakan komunikatif. Konsep-konse

OPINI Berita: Siklus 30 Tahunan NU

Jakarta, NU Online - Dalam acara muktamar pemikiran di Situbondo, cendikiawan Muslim Nurcholis Madjid atau biasa dipanggil cak Nur mengatakan bahwa NU akan mengalami kemajuan 20 tahun lagi karena banyak dari generasi mudanya yang sudah memperoleh pendidikan tinggi.

Pernyataan tersebut memperoleh banyak tanggapan dari kalangan NU, apakah memang benar apa yang diucapkan oleh Cak Nur tersebut, apakah memang NU saat ini masih terbelakang sehingga masih harus menunggu 20 tahun lagi untuk bisa sejajar dengan golongan lainnya.

Aktivis muda NU Anom Surya Putra mengatakan bahwa pernyataan itu sebenarnya out of date. "Cak Nur sudah mengucapkan hal tersebut ketika saya masih kuliah pada tahun 1995-an, di ponpes Al Hikam Malang yang diasuh KH Hasyim Muzadi," ungkapnya. Bahkan beberapa orang sudah mendengarkan pernyataan yang sama 15 tahun yang lalu.

Namun demikian ia menambahkan bahwa pernyataan tersebut juga patut menjadi pehatian karena selama ini NU selalu melihat dengan pola regresi, bukan progresi, yaitu selalu melihat ke belakang, bukan ke depan.

Aktifis Generasi Muda Nahdlatul Ulama (GMNU) menjelaskan bahwa NU sebenarnya mengalami siklus 30 tahunan dimana pada setiap 30 tahun NU mengalami puncak-puncak kejayaannya sesuai dengan konteks zaman tersebut.

Fase pertama dimulai saat berdirinya NU pada tahun 1926 yang merupakan upaya NU untuk mendobrak kolonialisme. Berdirinya NU saat itu merupakan integrasi dari berbagai kelompok seperti Nahdlatut Tujjar yang bergerak dalam bidang ekonomi, Nahdlatul Wathon (gerakan politik), dan Nahdlatul Fikr atau biasa disebut Taswirul Afkar yang bergerak dalam bidang pemikiran.

Fase 30 tahun kedua terjadi pada tahun 1955 dimana NU berhasil menunjukkan diri sebagai sebuah kekuatan yang besar sebagai pemenang pemilu dengan urutan ke-3 setelah pecah dari Masyumi yang pada saat itu dinyatakan sebagai satu-satunya partai politik Islam.

Setelah mengalami periode surut yang cukup lama NU kembali bangkit pada tahun 1984 dengan kembalinya ke Khittah 26 yag mengembalikan NU sebagai organisasi keagamaan yang berorientasi keummatan setelah sebelumnya hanya dijadikan kendaraan politik pribadi oleh para pengurusnya.

Lulusan FH Unair tersebut berpendapat bahwa pada tahun 2010-an NU akan mengalami kebangkitan lagi. Ia meramalkan bahwa kebangkitan tersebut konteksnya mungkin berkaitan dengan Neo Liberalisme, masalah high tech, dll yang masa saat ini warga NU masih jauh tertinggal di belakang.

Namun demikian, aktifis yang sekarang aktif di Bappenas mengatakan bahwa NU selalu mengalami down trend ketika perhatiannya diarahkan dalam masalah-masalah politik, yang memang hanya menjadikan NU sebagai alat bagi kepentingan pribadi pengurusnya. (mkf)

Sumber: NU Online.

 

Komentar

Artikel Terpopuler

21-Days of Abundance Meditation Challenge Deepak Chopra

Konstitusionalisme Deliberatif dan Judicial Review

Day 10 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 16 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 6 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 4 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 8 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 7 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Sosiologi Hukum Mathieu Deflem (2): Pengantar Buku Sosiologi Hukum

Day 17 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)