Opini Terbaru
Revolusi Mental dan Keris Pusaka
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sebagai kaum muda yang belajar tentang budaya keris, saya memahami isi gagasan Revolusi Mental itu dari aspek dhapur dan pamor keris.
Di tingkat individu, penyakit sosial yang dikritisi oleh Revolusi Mental adalah malas, bebal, dan tidak berkarakter. Budaya keris di nusantara mempunyai kekayaan simbolik, misalnya tentang pamor Sulur Ringin dan teknik wosing wutah.
Seorang empu yang membuat pusaka keris dengan teknik wosing wutah memberikan pelajaran bagi kaum muda agar ke-aku-an yang masih dimiliki itu dapat dilebur bersamaan dengan penempaan besi, baja dan bahan pamor (nikel atau meteor). Teknik wosing wutah bermakna bagi terbentuknya karakter baru yang pasrah terhadap kehendak Tuhan, giat bekerja, dan berpikir cerdas.
Prosesi pembuatan pusaka bagi kaum muda dapat digali pemaknaannya. Misalnya, mengapa kaum muda melepas burung tekukur ke langit untuk mengiringi suatu upacara wiwitan pembuatan pusaka. Maknanya adalah wawasan kaum muda diharapkan semakin luas dan dapat melihat dengan cermat seperti burung tekukur yang terbang ke langit.
Revolusi Mental juga berdimensi kemasyarakatan. Revolusi Mental mengkritisi ketimpangan sosial, kecemburuan sosial dan gangguan keamanan atau kenyamanan hidup. Salah satu dhapur keris yang banyak dimiliki oleh masyarakat adalah dhapur Brojol. Serat Centhini mengungkapkan agar pemilik keris ini untuk senantiasa berhati-hati dalam berbicara. Nilai-nilai luhur ini bersifat praksis dan mengarahkan agar kita senantiasa berhati-hati dalam dialog dengan orang lain.
Begitupula halnya mengapa keris Brojol berpasangan dengan burung perkutut. Burung perkutut cenderung tidak mudah untuk berbunyi, tapi “manggung”. Ia “manggung” dalam waktu tertentu, sesuai dengan kehendak dirinya. Saya kira, ajaran leluhur tentang keris dhapur Brojol yang dikaitkan dengan pemeliharaan burung perkutut, memberikan makna hablum min an-naas yang harmoni.
Ajaran leluhur ini berada dalam lingkup budaya, dan sudah move on meninggalkan aspek klenik. Sekalipun ajaran leluhur dan Revolusi Mental bersifat deskriptif, menurut saya, tantangannya terletak pada kemampuan diri untuk menggali makna-makna simbolik yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Revolusi Mental juga berdimensi nation state atau skup negara dan bangsa. Revolusi Mental mengkritisi sikap lemah, tidak bermartabat, produktivitas minim, dan daya saing rendah. Sebagai kaum muda yang baru belajar keris, saya memaknai kekayaan simbolik dari dhapur Karno Tinandhing. Serat Centhini mengungkapkan spirit Karno Tinandhing untuk berkompetisi secara produktif, kuat mental dan tetap bermartabat.
Dhapur Nagasasra juga memberikan mitos-mitos yang penting tentang kepemimpinan nasional. Keris dhapur nagasasra mengajarkan aspek kepemimpinan seperti simbol kijang dalam ricikannya. Kijang berarti pemimpin tidak boleh adigang adigung adiguna. Kijang juga berarti sifat untuk waspada, cekatan atau blusukan.
Nah, wacana revolusi mental, secara keseluruhan, hendak menggerakkan manusia Indonesia agar berkepribadian cerdas, cekatan dan tetap waspada.*
Penulis: Anom Surya Putra
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar