Opini Terbaru

Between Facts and Norms, Pemikiran Hukum Jürgen Habermas (2): Pengantar dari Jürgen Habermas

Gambar
PENGANTAR Jürgen Habermas  | Penerjemah: Anom Surya Putra | Di Jerman, filsafat hukum telah lama tidak lagi menjadi materi pembahasan bagi para filsuf. Jika saya jarang menyebut nama Hegel dan lebih mengandalkan teori hukum Kantian, hal ini juga mengungkapkan keinginan saya untuk menghindari suatu model yang menetapkan standar yang tidak dapat dicapai bagi kita. Memang, bukan kebetulan bahwa filsafat hukum, dalam mencari kontak dengan realitas sosial, telah bermigrasi ke aliran-aliran (mazhab) hukum. [1] Namun, saya juga ingin menghindari ilmu hukum teknis yang terfokus pada fundasi-fundasi hukum pidana. [2] Apa yang dulunya dapat dianut secara koheren dalam konsep-konsep filsafat Hegelian saat ini menuntut pendekatan pluralistis yang menggabungkan perspektif teori moral, teori sosial, teori hukum, serta sosiologi dan sejarah hukum. Saya menyambut ini sebagai kesempatan untuk menampilkan pendekatan pluralistis yang sering tidak diakui/disadari teori tindakan komunikatif. Konsep-konse

Cerita Bersambung Kerumunan adalah Neraka [11]

 ~ RONTEK ~


Sesampai di rumah Rontek, ia tatap mata mereka sekeluarga. Tepat di antara kedua alisnya. 

Aneh....

Sambutan ramah diterimanya begitu saja. Suguhan kue lebaran masa pagebluk dihidangkan di meja. Mumpung gratis, ia makan kue itu sebanyak mungkin. Tak lupa mengambil sedikit dan disimpan di plastik, tentu setelah ditawari pemilik rumah. Untuk camilan di perjalanan yang kadang menapak aspal dan juga jalan berlumpur.

"Maaf mas, kami tidak punya uang banyak selama pagebluk. Tetapi kami ada sedikit uang dari jualan beras, tapi bukan beras bantuan pangan yang kadang berkutu dan cocok dimakan ayam. Beras ini hasil keringat kami sendiri..." Sama sekali tak nampak kegarangan Rontek seperti sekian bulan purnama lalu.

Lega kiranya mendengarnya. 

Tapi mengapa ada pendaran putih di samping Rontek! Dan terdengar audio batin seperti di film drama korea Legend of the Blue Sea?

"Sampaikan kepada pemilik rumah ini, supaya mendoakanku untuk segera lanjut manunggaling Gusti. Sentuh tangannya sambil pamitan, selebihnya urusanku meminjam batinnya agar ia pergi ke petilasan dan tepian mata air purba..."

Setengah merinding di siang hari, Mudra menjalani pesan arwah itu. Ia tak peduli suara itu suara jin, setan atau suara artis drama korea. 

Yang penting, cicilan sudah terbayar walau sedikit, ditambah keramahan pemilik rumah tanpa diduga.

***

NEXT



Komentar

Artikel Terpopuler

Antropologi Kuntilanak

21-Days of Abundance Meditation Challenge Deepak Chopra

Konstitusionalisme Deliberatif dan Judicial Review

Day 10 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 6 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 16 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 7 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Day 17 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)

Cara Meletakkan Bukti dalam Evidence-Based Policymaking (EBP)

Day 8 21-Day Meditation Challenge Creating Abundance (Deepak Chopra)