Postingan

Menampilkan postingan dengan label Ponggok Inspirasi Kemandirian Desa Menjelajahi Badan Hukum BUM Desa

Opini Terbaru

[Calon Buku] Hukum Komunikatif by Anom Surya Putra

Gambar
 HUKUM KOMUNIKATIF Karya: Anom Surya Putra ~ Naskah (calon) buku yang ditulis dalam keadaan "chaotic", non-sistematis, sedikit mengandung aforis atau metafor, tidak bermanfaat bagi praktisi hukum, dan mungkin berguna bagi pemula yang hendak membaca "hukum" dengan cara rebahan, atau bacaan ringan bagi individu yang mati-langkah dengan dunia hukum yang digeluti selama ini ~ BAGIAN KE-1: BANGUN DARI TIDUR YANG PANJANG Secangkir kopi dan teh berdampingan di meja kecil. Gemericik air dari pahatan pancuran air menemani cairan yang tersimpan di dalam cangkir kopi dan teh. Mata sembab setelah menatap ribuan kalimat di layar komputer. Jemari bergerak secara senyap, memindahkan visual pikiran dan audio batin ke dalam rangkaian gagasan. Awal. Baru memulai. Chaotic . Bangun dari tidur yang panjang.  Terlalu banyak minum kopi dan teh sungguh memicu asam lambung. Cinta yang mendalam terhadap kopi dan teh terganggu dengan asam lambung yang bergerak maraton di dalam tubuh. Kurang b...

Desa Dalam Pandangan Soekarno: Komunitas Karakter dan Kekuatan Politik Kebangsaan

Gambar
Syahdan, pada tanggal 31 Mei 1945 pidato Soepomo direspons oleh Yamin dengan mengusulkan wilayah Negara Persatuan Indonesia. Sumber pengetahuan yang meyakinkan dari Yamin adalah Kakawin Nāgarakrětāgama (atau Desawarnana ) yang dibuat pada masa Majapahit abad ke-14. Daerah kedaulatan negara Republik Indonesia adalah daerah pusaka bangsa Indonesia yang sejak dahulu terdapat pada Pupuh XIII-XV dalam Kakawin Nāgarakrětāgama.  Data sejarah ini memang penting dan terlebih menguatkan pendapat Yamin sebelumnya tentang wilayah atau daerah mana saja yang bisa menjadi kekuasaan pemerintahan-bawahan. Kajian sejarah dan arkeologi yang dilakukan Yamin pada masa penyusunan UUD’45 sudah sejak awal dilandasi perspektif Desa sebagai teritorial bawahan. Yamin tidak memperhitungkan keragaman Desa dalam Nāgarakrětāgama yang mengalami rekognisi dari kraton atas nama negara-kerajaan.   Ditengah perdebatan yang rumit dan detail tentang susunan negara, Soekarno mengawali pidatonya pada tanggal ...

OPINI Sosiologi Hukum: #5 Cara Menyusun Middle-Range & Applied Theory | Buku Ponggok Inspirasi Kemandirian Desa

Gambar
Penelitian ini mempunyai kerangka pikir tersendiri terkait badan hukum BUM Desa baik melalui cara berhukum dari Desa maupun cara berhukum di Desa, agar terbentuk peraturan di Desa yang baru dan legitim bagi BUM Desa sebagai badan hukum. Kerangka berpikir penelitian bersifat hirarki. Masing- masing hirarki mempunyai fokus dan penggunaan teori. Grand Theory Restorasi Republik Desa terdiri atas studi hukum adat dan perubahan orientasi pada Republik Desa. Fokus teori adalah investigasi cara berhukum dari Desa dan cara berhukum di Desa. Penggunaan teori ditujukan untuk menemukan badan hukum BUM Desa sebagai entitas nyata dengan pertimbangan kemandirian Desa sebagai Badan Hukum Organik (dari sisi Desa) atau Badan Hukum Publik (dari sisi kekuasaan negara dan kekuasaan modal). Teori sosiologis pada  middle-range theory  adalah teori personalitas yang melandasi keragaman teori badan hukum. Pilihan teoritis yang lebih didalami adalah teori badan hukum organik (Otto von Gierke). Fokus te...

OPINI Sosiologi Hukum: #4 Grand Theory Buku Ponggok Inspirasi Kemandirian Desa

Gambar
Buku ini memperkenalkan pembahasan tentang badan hukum BUM Desa Tirta Mandiri melalui diskursus Restorasi Republik Desa. Pada bagian ini peneliti menyusun pokok-pokok pemikiran Restorasi Republik Desa dilihat dari sisi grand theory . Sebenarnya penggunaan grand theory tidaklah lazim dalam penelitian hukum normatif karena karakter sosiologis dari grand theory harus memantul dalam setiap langkah-langkah analitisnya. Penelitian hukum doktrinal tidak perlu meletakkan grand theory secara serampangan dalam praktik penelitiannya karena penelitian hukum doktrinal lebih tertuju pada pembahasan mengenai asas hukum, kewenangan, prosedur hukum, dan hal-hal yuridis-normatif yang melepaskan diri dari subsistem sosial lainnya. Untuk kepentingan analisis sosiologi hukum peneliti melakukan penelusuran atas grand theory untuk memastikan hukum dalam masyarakat komunikatif. Penelitian hukum doktrinal berlangsung ko-eksistensi dengan analisa sosiologis dengan mengandaikan hukum berada dalam keseluruhan mas...

OPINI Sosiologi Hukum: #3 Teori Sosiologis Badan Hukum👉Ponggok Inspirasi Kemandirian Desa

Gambar
Ada 3 (tiga) kelompok teori badan hukum dalam perspektif sosiologi hukum. Pertama, cara berhukum dengan badan hukum melalui hukum inkorporasi. Cara berhukum dari Jerman dan Anglo-American ini direpresentasikan oleh teori personalitas fiksi ( the fictitious personality theory ), teori personalitas buatan ( the artificial personality theory ), teori konsesi ( the concession theory ) atau teori hirarki ( hierarchical theory ).  Hukum inkorporasi bermakna bahwa personalitas otomatis menyandang status badan hukum bila terdapat rekognisi-formal melalui hukum publik. Negara memonopoli rekognisi formal atas status personalitas menjadi badan hukum ( Rechtspersoon ; Belanda) melalui hukum publik ( public law ) yang memuat hak dan kewajibannya.  Status badan hukum BUM Desa dalam kelompok teori ini diperoleh melalui hukum inkorporasi ( incorporation law ).  BUM Desa secara hipotesis menyandang status sebagai badan hukum bila hak dan kewajibannya ditentukan negara melalui hukum publik...

OPINI Sosiologi Hukum: #2 Dialektika Badan Hukum👉Buku Ponggok Inspirasi Kemandirian Desa

Gambar
  Video ini membahas bagaimana cara BUM Desa mendirikan Unit Usaha berbentuk Perseroan Terbatas. Saya mengungkapkan juga pengalaman menjumpai transformasi laporan keuangan BUM Desa dengan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik).  Unik pula, studi di lapangan ini menemukan perdebatan yang belum tuntas, antara penyertaan modal dan investasi dari warga yang akhirnya berujung pada utang investasi. Padahal idealnya penyertaan modal ke BUM Desa merupakan representasi kolektif antara Pemerintah Desa dan masyarakat Desa, sehingga terbalik bila dipahami penyertaan modal masyarakat Desa itu sebagai investasi.  Investor sebaiknya dimaknai sebagai orang dari luar Desa dan bukan masyarakat Desa setempat. Inilah pentingnya membahas badan hukum BUM Desa dan badan hukum Unit Usaha BUM Desa sampai detail pada problem modal, laporan keuangan, dan fenomena ketidakpahaman di pusat kekuasaan bahwa kedua badan hukum itu berbeda organisasi namun tetap me...

OPINI Sosiologi Hukum: #1 Isu Badan Hukum BUM Desa👉Buku Ponggok Inspirasi Kemandirian Desa

Gambar
  Kemunculan isu badan hukum pada pusat kekuasaan segera memicu masalah pada skala lokal Desa yaitu status badan hukum dari BUM Desa Tirta Mandiri dan unit usaha BUM Desa Tirta mandiri. Unit usaha BUM Desa Tirta Mandiri diakui sebagai badan hukum privat, sedangkan BUM Desa sebagai badan usaha bercirikan Desa yang nyata di realitas sosial diragukan statusnya sebagai badan hukum. Fenomena BUM Desa Tirta Mandiri yang telah melakukan berbagai jenis usaha nyata pada skala lokal Desa telah mengalami kesenjangan (gap) dengan teori badan hukum. Teori fiksi dan positivisme hukum tidak bisa menjelaskan dinamika yang dihadapi oleh BUM Desa Tirta Mandiri karena daya analitis positivisme hukum terlalu bertumpu pada personalitas individual daripada personalitas kolektif di Desa.  Kesulitan-kesulitan BUM Desa Tirta Mandiri mendefinisikan dirinya sebagai badan hukum tidak terjawab semata melalui teori- teori hukum itu yang telah berubah menjadi doktrin semata: “BUM Desa dipastikan sebaga...

OPINI Sosiologi Hukum: Kewenangan DESA Pasca Kerajaan Majapahit

Gambar
  Dari cara berhukum dengan sejarah Desa-desa di Jawa, terdapat pemahaman konseptual bahwa Desa mandiri pada masa Majapahit disebut Dhapur.  Bertolak dari Teori Diskursus Hukum, Dhapur berada di Dunia- Kehidupan Desa dan posisinya lebih kuat daripada kekuasaan negara-kraton.  Dalam perspektif sosiologi Desa ( Dhapur ) bukan lagi komunitas ( Gemeinschaft ; Jerman) tetapi komunitas-organik ( Genossenschaft ; Jerman) yang mempunyai kedaulatan ( Obrigkeit ; Jerman). Judul Buku:  Ponggok, Inspirasi Kemandirian Desa,  Menjelajahi Badan Hukum BUM Desa Penulis: Anom Surya Putra Penerbit: LKiS Yogyakarta Tahun Terbit: 2020 ISBN: 978-623-7177-33-3 Tebal Buku: xviii + 334 halaman Ukuran: 14,5 x 21 cm Harga: Rp 120.000 Pemesanan Buku:  LKiS Yogyakarta 0812-3427-2873

OPINI Sosiologi Hukum: Kewenangan DESA Berdasar Hak Asal Usul (Masa Majapahit) 👉Pancasila Bersumber dari DESA

Gambar
Pancasila bersumber dari Desa. Anom Surya Putra. Menit 06:10 dan menit 08:05.   Dari cara berhukum melalui historisitas Desa dalam Deśawarṇana dan ekonomi Desa skala lokal pada masa Majapahit terdapat keragaman Desa di Nusantara. Desa bermakna sebagai wilayah dan komunitas-organik yang mengatur dan memerintah dirinya sendiri. Diskursus Deça mendekati fenomena Desa sebagai komunitas-organik di wilayah administratif yang mandiri, sedangkan diskursus Thani dan Dhapur mendekati fenomena komunitas-organik pada Desa Adat. Keduanya menyatu dalam skala yang lebih luas di wilayah kerajaan Majapahit. Poros komunikasi antara Negara dan masyarakat secara etis dirumuskan melalui Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa. Menjelang surutnya kekuasaan pemerintahan, negara-Majapahit menyusun hukum tertulis antara lain Gajamada, Adhigama (pidana), dan Kutaramanawa. Pancasila telah ratusan tahun lebih eksis pada Dunia-Kehidupan (Lebenswelt) Desa. Pancasila bersumber dari De...

OPINI Sosiologi Hukum: Kewenangan DESA Berdasarkan Hak Asal Usul (Masa Bali dan Mataram Kuna)

Gambar
  Tipe masyarakat Banua merupakan masyarakat-hidrolik yang bertumpu pada irigasi, sawah, dan budaya tanam padi. Banua berubah setelah Majapahit melakukan ekspansi ke Bali sekitar abad ke-14. Geertz menghindari spekulasi perdebatan tentang Banua berdasar prasasti masa kerajaan. Keduanya meletakkan Banua sebagai konsep dan institusi hasil penelitian etnografi, kritis atas riset Republik Desa (sebelumnya dilakukan oleh Korn), dan meneliti Banua secara tematik berkenaan dengan Pura dan Subak. Dengan cara berhukum dari sejarah Banua, Pura, dan Subak maka asal usul Desa komunitas-organik yang mandiri ditemukan secara nyata pada Desa-desa di Bali. Wanua bisa juga disebut desa inti ( the nuclear village ). Desa inti tersebut terdiri dari kelompok warga yang memiliki sawah dan rumah, kelompok warga yang hanya punya rumah dan tegal tapi tidak punya sawah, dan kelompok warga yang belum punya properti dan hak milik seperti anak yang belum nikah. Van Naerssen dan De Iongh menyebut Wanua sebagai...

OPINI Sosiologi Hukum: Kewenangan DESA Berdasarkan Hak Asal Usul Masa Prasejarah dan Sriwijaya

Gambar
  Kadatuan Sriwijaya melakukan rekognisi atas Vanua dan Deça. Warga Vanua dan Deça terbuka diakui sebagai datu dan ikut serta mengurus negara Sriwijaya. Kekuasaan Vanua dan Deça tetap berlangsung mandiri dalam wilayah mandala dan tidak bisa diperintah oleh huluntuhan secara hegemonik. Dengan cara berhukum dari sejarah Sriwijaya maka diperoleh diskursus pemerintahan: huluntuhan atau provinsi dan kabupaten/kota tidak bisa memerintah secara hegemonik terhadap Desa pada masa ratusan tahun lalu. Judul Buku:  Ponggok, Inspirasi Kemandirian Desa,  Menjelajahi Badan Hukum BUM Desa Penulis: Anom Surya Putra Penerbit: LKiS Yogyakarta Tahun Terbit: 2020 ISBN: 978-623-7177-33-3 Tebal Buku: xviii + 334 halaman Ukuran: 14,5 x 21 cm Harga: Rp 120.000 Pemesanan Buku:  LKiS Yogyakarta 0812-3427-2873

OPINI Berdesa: Restorasi Republik Desa

Gambar
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyediakan kerangka kerja hukum ( legal framework ) untuk Restorasi Republik Desa. Gagasan cara berhukum dari Desa yang dilakukan oleh peneliti Republik Desa di masa kolonial tetap dipertahankan karakter empirisnya.  Penelitian hukum adat ( Adatrecht ; Belanda) pada masa kolonial itu, dipahami terlebih dahulu sebagai Adat-Hukum ( Rechtsadat ; Belanda) dan selanjutnya direstorasi menjadi hukum rekognisi dan hukum subsidiaritas. Jan Michiel Otto dan Sebastian Pompe memberi ulasan secara gramatikal bahwa Hurgronje awalnya menggunakan kata  Adat-recht  yang bermakna adat dan hukum secara terpisah pada  De Atjehers Volume I .  Fenomena elemen adat (kebiasaan) dan hukum terpisah satu sama lain. Barulah kemudian Hurgronje menggunakan istilah Adatrecht yang menyatukan adat dan hukum pada  De Atjehers Volume II . Fenomena kebiasaan tersebut disatukan dengan fenomena hukum sehingga menjadi kebiasaan yang berkonsekuensi h...

OPINI Berdesa: Dua Puluh Lima Abad Badan Hukum BUM Desa

Gambar
  Ditulis oleh: Naeni Amanulloh, Pengajar Sosiologi, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta Banyak kalangan merasa optimis dengan kemajuan Indonesia ketika ‘Membangun dari Pinggiran’ dinyatakan sebagai salah satu komponen paradigma pembangunan oleh Jokowi pada periode pertama kepemimpinannya. Tentu bukan kemajuan yang biasa-biasa saja yang diharapkan. Melainkan kemajuan yang berbasis pada kenyataan dan (potensi) kekayaan Indonesia yang terhampar di tempat-tempat yang jauh dari pusat kota. Dan bukan sekadar kemajuan objek pembangunan. Karena dengan paradigma ‘Membangun dari Pinggiran’ mereka yang berada di pinggiran itu akan menjadi subjek penting pembangunan. Mereka yang berada di pinggiran itu tidak lain adalah Desa. ‘Membangun dari pinggiran’ juga tepat momentumnya. Ia tercetus setelah Desa diakui sebagai sebentuk pemerintahan masyarakat, bentuk campuran dari self-governing community dengan local self-government, melalui terbitnya UU No. 6/2014 tentang Desa. ...

OPINI Berdesa: Terbukti Menjawab Problem Aset BUM Desa

Gambar
  Ditulis oleh: Hanif Danugraha, Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Politik, Universitas Nasional Jakarta Perbincangan tentang Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) semakin kencang setelah lahirnya UU No. 6/2014 tentang Desa. BUM Desa bukanlah hal yang asing lagi. Nyaris semua pernah mendengar tentang BUM Desa mulai masyarakat Desa, aktivis/pegiat Desa, akademisi pembelajar Desa, aparatur pemerintahan supra-Desa dan pemerintah Desa.  Banyak mata tertuju padanya. Begitu pula banyak kepentingan didalamnya. Berjibun harapan ditumpukan dan diemban BUM Desa. Tapi perbincangan BUM Desa masih belum didukung oleh literasi yang mendalam tentang BUM Desa.  Menjawab Problem Hukum dan Administrasi Aset Buku ini membahas dinamika BUM Desa ketika mengelola aset. Secara luas penulisnya menyajikan dinamika sosial-hukum Desa ketika mengelola potensi aset desa. Istilah 'penyerahan pengelolaan aset Desa' kepada BUM Desa menghasilkan banyak tafsir. Bagian cerita tentang BUM Desa Tirta Mandiri, Desa Po...

OPINI Berdesa: Buku Ponggok, Naluri dan Nalar BUM Desa

Gambar
  Ditulis oleh: M. Naufal Wiratama Azhari, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Presiden Perhimpunan Mahasiswa Cendekia (saat ini penulis sudah diwisuda setelah meneliti di Desa Ponggok Klaten) BUKU karya Anom Surya Putra mengetengahkan kembali suatu diskursus hukum yang selama ini berada di tepian karena luput dari pengamatan dunia akademis, yaitu Restorasi Republik Desa sebagai Cara Berhukum dari Desa.  Republik Desa telah dikaji oleh akademisi kolonial pada masa kolonial Belanda di bumi nusantara. Sebut saja akademisi fenomenal kala itu, Cornelis van Vollenhoven yang menulis tentang kongsi-kongsi dagang imigran China di Kalimantan Barat sebagai Republik Desa (dorpsrepubliekjes; Belanda) dalam Het Adatrecht van Nederlandsh-Indië (hukum adat Hindia-Belanda) pada tahun 1931. Diskursus Republik Desa masa kolonial menemukan cara berhukum dari Desa yakni otonomi dan rekognisi terhadap Desa sebagai persekutuan-hukum adat (adatrechtsgemeenschappen; Belanda)...

OPINI Berdesa: Menyudahi Debat Teoritis Status Badan Hukum BUM Desa

Gambar
  Ditulis oleh: Muhamad Nur Zamzami,  Pendamping Desa di Lamongan, Jawa Timur  Satu lagi buku tentang Desa hadir untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita tentang kiat sukses pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa). Buku ini berjudul “Ponggok, Inspirasi Kemandirian Desa: Menjelajahi Badan Hukum BUM Desa“. Diterbitkan oleh penerbit yang melegenda di kalangan kaum NU ’90an, Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) Yogyakarta. Buku setebal 330 halaman ini disusun oleh Anom Surya Putra. Aktivis Perkumpulan Jarkom Desa. Berawal dari Profit Fantastis BUM Desa Buku ini terdiri atas 7 (tujuh) bagian ditambah bagian Penutup. Pada bagian pertama penulis buku menjelaskan capaian profit fantastis BUM Desa Tirta Mandiri. Pendekatan konstruktivistiknya mengemuka. Memunculkan isu Badan hukum BUM Desa. Dibalut diskursus Restorasi Desa dan cara kerja penelitian Hukum Non-Doktrinal. Kemudian pada bagian kedua penulis menguraikan formasi diskursus Desa sebagai Badan Hukum yang dimulai ...